Demi menegaskan kembali distingsi Prodi Magister Pendidikan Agama Islam “Peace Education” maka Pascasarjana Unira Malang gelar kegiatan Orientasi Studi Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (Oskab) dengan mengambil tema Peace Education on Islamic Perspective pada 15 September 2022. Tema ini sengaja diambil dengan tujuan untuk mengenalkan distingsi dan fokus kajian pada magister pendidikan agama islam. Selain itu juga sebagai bentuk pengenalan mahasiswa akan visi Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang yakni meneguhkan diri sebagai khayra ummah university yang salah satu pilarnya adalah peace education.
Kegiatan oskab pasca sarjana Unira Malang kali ini didesain dengan model daring dan diikuti oleh hampir 100 peserta. Seperti diketahui, Mahasiswa baru pasca sarjana tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan dibukanya kelas beasiswa madin dari Pemprov Jawa Timur. Sebagai informasi, diakrenakan peminat beasiswa madin begitu banyak, sementara kuota yang tersedia hanya 20 orang, maka kepada mahasiswa yang tidak diterima dalam beasiswa madin pemprov, diberikan beasiswa internal yang dapat meringankan beban keuangan mahasiswa baru.
Rektor Unira Malang , KH. Imron Rosyadi Hamid, S.E., M.Si dalam pembukaan kegiatan tersebut menyampaikan bahwa saat ini ada terdapat 3 momentum besar yang akan dialami. Momentum itu adalah pertama NU memasuki abad ke dua. Kedua momentum bonus demografi pada tahun 2040, dan yang ketiga adalah kemerdekaan Indonesia memasuki usia 100 tahun. Ketiga momentum tersebut harus disongsong dengan penguatan kompetensi sumber daya manusia, sehingga momentum tersebut menjadi masa kejayaan bangsa.
Berbeda dengan kegiatan oskab di lingkungan fakultas/ program studi pada jenjang strata1, oskab pascsarjana diawali dengan kegiatan stadium general. Stadium general kali menghadirkan pembicara dari Universiti Teknologi Malaysia – Daiya Uddeen Deab Mahmoud Alzitawi. Beliau merupakan akademisi/dosen senior dari kampus mitra Unira Malang yakni University Teknologi Malaysia. Selain itu beliau juga merupakan Imam Masjid Wak Tanjong Singapura. Adapun topik yang diangkat dalam stadium general tersebut adalah Peace Education in Islamic Perspective. Dalam paparannya beliau menyampaikan terkait perdamaian dalam perspektif islam yang berangkat dari ajaran nabi Muhammad SAW. Hingga relasi perdamaian yang dibangun dalam konteks masyarakat yang plural. Beliau juga mencoba memberikan perspektif “perdamaian” di dunia arab saat ini.
Beliau juga menyampaikan analisanya terkait dengan kondisi peradaban islam di dunia khusunya di semenanjung arab, maupun dalam istilah beliau kejiranan (wilayah islam non arab. Bukan Arab tetapi berbahasa Arab; seperti Mesir dan Afrika bagian utara, Turki, Iran, Yunani dll). Salah satu yang sangat menarik dalam pandangan beliau, yang membuat Nusantara mampu mengelola nilai-nilai keislaman yang damai adalah adanya demokrasi di Indonesia yang begitu terbuka, menghargai dan menerima perbedaan sebagai bagian dari sunnatullah. Berbeda dengan di belahan bumi yang lain, model pemerintahan / sikap penguasa yang cenderung tertutup, kurang mampu mengolah keragaman yang ada, serta masukknya kelompok dari luar masyarakat itu sendiri dalam berbagai aspek, khususnya dibidang politik, ekonomi dan budaya.
Selain itu, keterlibatan kelompok “ekternal” yang memiliki sumber daya ekonomi dan modal, yang ikut serta dalam setiap konflik yang terjadi antar kelompok semakin meruncingkan perbedaan. Sebagai contoh keterlibatan kelompok lain diluar mesir untuk mengoyang hasil pemilu yang dimengkan ikhwanul muslimin di Mesir. Bahkan kelompok yang ini secara aktif ikum meberikan saran dan prasarana kepada kelompok lain agar terjadi perpindahan kekuasaan dari kelompok yang dinyatakan memenangkan pemilu secara sah dan demokratis. Ditambah lagi dengan adanya kebijakan penguasa (terlebih wilayah dengan sistem monarki), yang sering kali berupa kesepakatan antar individu penguasa dan tidak melibatkan rakyat dalam menentukan kebijakannya..
Diakhir stadium general dibuka beberapa diskusi kecil yang dipandu langsung oleh Dr. Aries Musnandar, M.Pd yang merupakan dosen pascasarjana dan Kepala Kantor Urusan Internasional Unira Malang.
Sementara itu materi terkait keprodian disampaikan langsung oleh Dr. Abdur Rofik, M.Pd, Kaprodi Magister Pendidikan Agama Islam. Materi keprodian ini berisi tentang visi, misi prodi serta terkait kurikulum dan sebaran mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa selama menjalani perkuliahan magister pendidikan agama islam. (Hum/elk)