19 Desember 2022, Gelaran ISIEP kembali diselenggarakan untuk kedua kalinya. Kegiatan yang merupakan bagian dari pengembangan visi dan misi Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) yakni sebagai khayra ummah university melalui pilar Peace Education bertajuk Internasional Seminar on Islamic Education and Peace (ISIEP).
Dengan mengambil tema Living together in harmony, Developing National Character, Building Peace, seminar ini diharapkan dapat memunculkan pemikiran baru terkait pendidikan islam yang berbasis perdamaian. Seminar ini terselenggara dalam bentuk kolaborasi antara Fakultas Ilmu Keislaman Unira Malang dan Fakulty of Social Sciences and Humanities Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Hadir dalam kegiatan ISIEP 2022 ini beberapa tokoh dan nara sumber dari berbagai negara itu antara lain adalah : Dr. Habib Chirzin (Peace Activist, Indonesia), Dr. Sulaeman (Islamic Scholar, Libya), Dr. Abdul Lantong (Islamic Studies Departement, Mindanao State University, General Santos City, Philipines), Mr. Barbara Lawler (Peace Activist, Australia), Dr. Siti Suhaila binti Ikhwani (UTM Malaysia), dan Greg Barton (Peace Activist, Australia).
Selain dihadiri enam panelis tersebut, kegiatan ini memiliki nilai strategis yang lebih besar karena dihadiri oleh KH. Yahya Cholil Staquf, ketua PBNU dan Prof. Dr. Mas’ud Said yang keduanya menjadi keynote speaker. Keterlibatan KH. Yahya Cholis Staquf ini merupakan bentuk support yang luar biasa dan menjadi indikator dari konsennya PBNU untuk terus mengkampanyekan perabadan islam yang damai yang pada ujungnya tercapai perdamaian dunia. Karena perdamaian adalah prasyarat mutlak untuk dapat mengembangkan komunitas, masyarakat yang teratur untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteran bersama.
Sementara itu, dalam sambutan pembuka yang disampaikan oleh Wakil Rektor bidang Akademik, Dr. Sutomo, S.Ag. M.Sos menyampaian bahwa sungguh penting peran pendidikan dalam mengupayakan perdamaian yang hakiki. Hal ini dikarenakan tantangan ke depan jauh lebih berat khususnya terkait keterbatasan sumber daya alam, kebutuhan eksistensi secara politik, identitas maupun keberlangsungan sumber-sumber ekonomi.
“Kelompok² masyarakat (stakeholders) khususnya perguruan tinggi berkewajiban untuk mengambil peran dan secara terus-menerus berinisiatif mewujudkan perdamaian tersebut. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan termasuk pendidikan islam. Pendidikan islam harus memberikan cara-cara yg konkrit melalui kurikulum dan metode pembelajaran yang damai. Itulah sebabnya pendidikan daapt dimaknai sebagai investasi masa depan/education is the future investment. Dengan syarat pendidikan harus mampu mengajarkan bagaimana mengelola perbedaan yang pada ujungnya akan tercapai kondisi life together in harmony.”
Sebagai rangkaian kegiatan yang dilaksanakan adalah Stadium General yang disampaikan oleh dua keynote speaker yakni KH. Yahya Cholil Staquf, ketua PBNU dan Prof. Dr. Mas’ud Said. Dilanjutkan dengan plenary session, dimana terdapat 6 invited speakers yang menyampaikan gagasan , ide dan pemikiran terkait pendidikan islam dan perdamaian. Acara diakhiri dengan pararel session yang diikuti oleh tidak kurang 90 orang yang mempresentasikan call of papers yang telah diseleksi secara ketat oleh panitia dan layak untuk di dokumentasikan dalam jurnal bereputasi maupun proceding.
Sebagai closing remark yang disampaikan oleh ketua stering committee, Dr. Aries Musnandar, M.Pd, beliau menyampaiakan bahwa kegaitan ini diikuti tidak kurang dari 380 peserta yang mengikuti secara daring/online. Beliau juga berharap bahwa kegiatan ini dapat berlangsung kembali di tahun-tahun yang akan datang dan pihak Universiti Teknologi Malaysia dapat menjadi host di tahun depan. (Hum/elk)